Wonosobo is unforgettable
city, pasalnya waktu lagi ngetrip kesana bertemu dengan bunga desa nya.
Hehehee..
Dieng merupakan dataran tinggi di Jawa Tengah yang masuk
wilayah kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo. Letaknya disebelah barat
kompleks gunung Sindro dan gunung Sumbing (copas dari Wikipedia). Makannya
sering disebut juga Dieng Plateu/ Dataran Tinggi Dieng. Dari beberapa
literature yang pernah ane baca, konon kabarnya Dataran Tinggi Dieng juga
merupakan tempat para Dewa Dewi bersemayam.
Ane mau berbagi cerita nih waktu lagi ngetrip kesana.
Penting apa enggak sih cerita ini..?? itu adalah jawaban yang objektif,
tergantung dari anda menyikapinya, hehee.
Berangkat dari kesepakatan antara Ane dan Arief (kawan
seperjuangan waktu kuliah) untuk bertualang ke Wonosobo dan sekitarnya. Arief
yang memang hoby cari objek bagus buat koleksi kameranya, sementara Ane yang
emang pengen nyari jati diri, syukur-syukur dapet pendamping hidup juga disana.
Start dari Jakarta kita memilih salah satu pool Bus yang ada di Rawamangun. Bus
take off dari pool jam 18:30 WIB
dengan tujuan Wonosobo. Durasi perjalanan waktu itu 19 jam, sepanjang
perjalanan kita explore Wonosobo by google dan tanya-tanya sama penumpang lain
yang satu jurusan, dengan harapan sih kita dapet informasi yang kita butuhkan,
tapi ternyata mereka pada kasih saran untuk sewa mobil buat jalan-jalan ke
Dieng, Sikunir, dan tempat-tempat wisata lainnya. Dalam hati kami berkata “Kami
bakpackeran, bukan turis yang mau pariwisata” artinya motto kami traveling with minimum budget but get max
satisfied”.
Sore hari pun menjelang disertai rintikan hujan dan
kami pun turun di Plaza Wonosobo. Diluar perkiraan ternyata nama Plaza Wonosobo
itu bukan Mall atau shopping places kaya di Jakarta, melainkan Pasar
tradisional yang udah ada sejak lama. Setelah melakukan perjalanan panjang dari
Jakarta, kami langsung cari tempat buat lurusin kaki dan isi perut di salah
satu tempat makan yang lumayan kece, namanya Waroeng Godhong Telo yang
posisinya gak jauh dari tempat kami turun dari bus. Tadinya setelah istirahat
kami mau langsung melanjutkan perjalanan ke Dieng dan mencari penginapan
disana, tapi kata embak-embak pelayan tempat kami makan bilang kalo udah sore
gini mah gak ada angkutan kesana mas apalagi hujan kayak gini. Si embak juga
menyarankan untuk cari penginapan disekitar sini saja, besok pagi baru lanjut
ke Dieng-nya. Oke, waktu sudah menjelang maghrib dan gerimis belum juga
berhenti. Jam 17:45 WIB, kami bergerak mencari penginapan, dan akhirnya kami
mendapat petunjuk dari Pak Polisi penginapan yang murah. Hotel Sindoro lah yang
akhirnya menjadi tempat persinggahan kami. Dengan tarif Rp.65.000, sudah lebih
dari cukup untuk orang-orang seperti kami yang harus efisien dalam pengeluaran.
Fasilitas 2 buah tempat tidur, kamar mandi didalam, dan teh manis hangat malam
dan pagi. Malam harinya kami mau jalan-jalan tapi bingung mau kemana..?.
akhirnya Ane inget satu hal, biasanya setiap daerah itu ada alun-alun, dan
pastinya jadi pusat keramaian. Going to alun-alun Kota Wonosobo at 07:30 Pm. Dan ternyata diluar dugaan, sepi juga
ternyata, akhirnya kami makan malam dan istirahat sejenak di trotoar jalan
sambil ngeronde (kalo di Jakarta namanya Skoteng)
Kang Arief gak dapet objek menarik
Day two, bangun pagi-pagi biar gak
ketinggalan bis ke Dieng. Dengan ongkos Rp.8000, kami berangkat menuju tempat
wisata di kawasan Dieng. Spot pertama adalah warung penjual makanan. Maklum
berangkat pagi-pagi gak sempet sarapan. Mie ongklok yang menjadi kesepakatan kami.
Lanjut ke Candi Arjuno.
Perjalanan menuju Candi Arjuno
\
" Dokumentasi buat
kenang-kenangan "
Kalo main kesini
usahain foto sama mereka
Mupeng gak bawa
gandengan
" Spot ketiga Kawah Sikidang Dari Candi Arjuno kami tracking/ jalan kaki sekitar 60
Menit "
" Tiket masuk Candi & Kawah Sikidang Rp.10.000/ Orang "
Kawasan Wajib Masker
" Spot berikutnya Telaga Warna "
Gak terasa waktu sudah sore, sampe lupa belum makan siang.
Jam 16:30 WIB kami cari makan siang dan makanan khas daerah sini buat buah
tangan di Jakarta. Oh iya, sebenernya rencana kami setelah dari sini mau
langsung balik ke Jakarta, dengan perhitungan kami setelah jalan-jalan di
kawasan Dieng, sore harinya sudah bisa sampai di terminal Wonosobo, sementara
tiket bis juga belum di tangan (modal yakin). Semua diluar estimasi, sepanjang
perjalanan menuju kota Wonosobo hujan, ditambah nahan pipis pula. Bus yang kami
tumpangi sudah sampai batas akhir trayek dan kami pun turun, and than we have
to get toilet. Cari sana-sini gak nemu juga tuh toilet, tapi ada sebuah RSUD
dan kami berinisiatif untuk coba kesana. Yang namanya Rumah Sakit pasti ada
toiletnya kan. Sesampainya di teras Rumah Sakit tersebut kami bingung, kok
banyak orang pada antri dan gerbangnya juga belum dibuka. Terus juga kondisinya
seperti lagi direnovasi juga. Kami berfikir mungkin mereka lagi tunggu jam
besuk, dan kami harus kembali ketujuan awal yaitu dapetin toilet. Tapi
bagaiamana caranya untuk bisa masuk kedalam sementara pintu gerbang masih
dikunci, terus juga banyak orang yang ingin masuk pula. Jurus andalan pun
dikeluarkan, SKSD sama orang yang pada nunggu gerbang dibuka. Mungkin mereka
iba melihat kami berdua, baju agak basah, bawa-bawa ransel pula, dan dari jauh
juga. Salah seorang bapak bilang “kamar mandinya didalem mas, coba deketin
satpam aja minta tolong mau numpang pipis”. Olrait, kami pun ikutin petunjuk
dari bapak tadi, dan ternyata berhasil. Lepas dari masalah pipis, kami masih
punya masalah lain, antara lanjut balik ke Jakarta atau stay satu malam lagi di
Wonosobo. Soale gerimis juga menghambat pergerakan kami untuk mencapai
terminal, udah gitu temen Ane, Kang Arief juga kurang enak badan katanya.
Berteduh di gapura desa sambil memutuskan untuk stay satu malam lagi atau
langsung cabut ke Jakarta.
Berhubung hari juga sudah menjelang malam, dan gerimis pun
tak kunjung reda, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Muncul lah satu
masalah baru, kita berdua lupa jalan menuju ke penginapan yang sebelumnya kita
sewa. Yaudah coba liat di google maps, kata Arief. Ane coba dan ternyata tidak
ditemukan nama tuh hotel. Akhirnya kita coba jalan sambil Tanya-tanya orang
deh. Ketemu seorang bapak-bapak yang baik sekali karena mau mengantar kami
sampai ke penginapan dengan berjalan kaki. Sesampainya didepan penginapan
beliau berkata “mas boleh minta foto bareng buat kenang-kenangan”. Oke kami pun
terharu dan segera mewujudkan keinginan si Bapak. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih dan memberikan ongkos untuk pulang si Bapak. Tiga
langkah berlalu meninggalkan kami, dan si Bapak pun menoleh kearah kami sambil
berkata “mas jangan lupa nanti saya minta dikirimi foto yang tadi yak”. Dengan
semangat kami menjawab Siapp Pakk..!! tapi kami juga lupa kemana kami harus
memberikan foto pesenan si Bapak, alamatnya gak tau, nomer telpon juga lupa
minta. Celakanya fotonya juga hilang, dikamera Arief gak ada, di hp Ane juga
gak ada. Hadeuhh maaf ya Pak, mudah-mudahan kita bisa ketemu lagi, atau mungkin
kalo Bapak sempet baca tulisan ini langsung drop comment aja ya pak. Kami akan
selalu mengingat jasa mu pak..
Malam menjelang, dan artinya kami harus memenuhi hak perut
kami, cari makan malam. Menuju alun-alun disebelah timur ada tempat makan yang
lumayan buat kongkow juga, namanya Bebek Goreng Pak H. Slamet. Disana Kang
Arief mencoba menghubungi relasinya yang sama-sama penghoby fotografi,
sementara Ane juga berusaha menghubungi seseorang yang Ane kenal lewat dunia
maya/ medsos bahasa masa kini-nya. Hasilnya Kang Arief mau hunting sunrise di
Sikunir bersama kenalannya yang kebetulan lagi ada di Wonosobo. Ane sempet
dilema, antara ikut ke Sikunir buat hunting Sunrise atau ketemuan dengan
seseorang yang udah terlanjur bikin janji. Esok harinya kami berpisah, habis
subuh Arief berangkat ke Sikunir bersama temannya, sementara Ane juga
berangkat, tapi ke alun-alun untuk menemui seseorang. Berangkatlah menuju
alun-alun seorang diri, dan ternyata disana ramai sekali suasananya karena
waktu itu hari minggu. Banyak orang jualan, muda-mudi yang lagi jalan-jalan
santai, ada juga senam massal. Awalnya agak sulit untuk mencapai kesepakatan
dengan si Dia untuk menentukan tempat pertemuan. Tapi akhirnya kita
dipertemukan juga dengan si Dia. Kesan pertama saat berjumpa hati ini berkata
“gak sia-sia gw berkorban untuk gak ikut ke Sikunir sama Arief” istilahnya kalo
si Arief bisa liat panorama/ pemandangan bagus, kalo Ane bisa ketemu seorang
gadis lokal dengan kesederhanaan nan anggun plus ramah pula. Indah Rizky
namanya, kalo menurut Ane cocok lah nama dengan orangnya. Setelah
bincang-bincang, kita berdua cari sarapan disekitaran alun-alun, dan gak lama
dateng seorang wanita menghampiri kami berdua yang tengah asyik menikmati sate
padang. Temennya mbak Indah ternyata, Agil namanya. Dia habis ikut senam massal
rupanya. Habis itu Ane minta ditemenin sama mereka berdua buat cari oleh-oleh
khas Wonosobo. Gak lama, si Arief pun nelpon menanyakan posisi Ane lagi dimana,
akhirnya kita kongkow bareng sama kenalannya Arief juga. Si Arief nunjukin
hasil jepretannya di Sikunir.
Inilah kisah petualangan dan cerita Ane di kota Wonosobo.
Ini juga kenapa Ane bilang unforgettable
karena banyak hal-hal yang terjadi diluar estimasi awal kami, dan bagi Ane
itulah yangt punya kesan tersendiri.
Dalam setiap perjalanan, kadang semua tidak berjalan
sesuai dengan rencana awal. Banyak hal-hal yang terjadi diluar perkiraan.
Disitulah kita dituntut untuk bisa berfikir cepat untuk menyelesaikannya.
Ketenangan juga menjadi hal penting dalam mengambil sebuah keputusan. Interaksi
dengan lingkungan diperlukan jika kita datang ke suatu tempat yang asing bagi
kita.
Info
singkatan Kunjungi sumber dannisono.blogspot.com
ADS HERE !!!